TS

I might not be the awesome one, but I live in the awesomeness

Wednesday, August 19, 2020

Hampir seumur hidup dihabiskan di antara, menjadi tidak terlihat atau memang sengaja disisihkan. Hingga akhirnya menjadi prioritas adalah kepercayaan yang terlalu besar dan membuat lari ketakutan, mengunci diri, dan kembali berkamuflase dengan tembok rumah. Tak butuh waktu lama untuk terbiasa, keberadaan dan ketidakberadaanku begitu tidak berartinya. Justru, rasanya sungguh asing ketika terbiasa bekerja keras hanya untuk apresiasi yang tak lebih dari formalitas, lalu seketika afeksi hadir bagai gravitasi. Tapi aku tidak perlu khawatir—atau berharap?—ini akan berlangsung lama. Tidak ada gunanya menjadi nomor satu kalau bukan satu-satunya.

Tuesday, August 4, 2020

"Papah, papah lembur ya?"
"Iya ini"
"Yahhh Papah! Aku kan mau main sama Papah!"
"Iya... Besok Jumat aja ya mainnya. Ini tadi Papah mau pulang tapi teman Papah ngabarin tool Papah ada yang bermasalah"
"Teman Papah ngabarin, apa Papah cek HP?"
"Hahahaha iya teman Papah ngabarin ya via Whatsapp, pas Papah cek HP"
"Papah kenapa mau pulang tapi cek HP? Pah, Papah toolnya kenapa?"
"Toolnya tadi kemasukan semut... eh... batu"
"Jadi batu atau semut?"
"Batu... batu..."

Gadis kecil itu tidak berhenti mempertanyakan Papahnya yang harus pulang lebih malam. Gadis yang amat cerdas. Aku sampai tidak sadar meneteskan air mata mendengarkan pertanyaan-pertanyaannya yang bertubi-tubi, entah karena terlalu lucu atau...

Ya, aku teringat ayahku.

Jika dan hanya jika dahulu sudah secanggih ini, apa aku akan sering menerrornya ya? Aku rasa ketika masih kecil adalah waktu yang sangat tepat untuk bonding antara orang tua dan anak, kalau sudah mulai besar atau ABG pastinya itu cerita lain. 

Ah, ayah. Memang penyesalan itu datang di belakang. 

"Papah udah makan siang?" gadis kecil itu masih melanjutkan daftar pertanyaannya

Kemudian terdengar tawa dari teman-teman lain, karena saat itu sudah pukul 9 malam. 

"Iya udah. Ini Papah lagi makan malam"

"Kok baru makan?"

"Tadi Papah habis kerja... sekarang baru sempat makan. Udah ya, Papah makan dulu"

Setidaknya 3x aku mendengar rekan kerjaku berusaha menyudahi teleponnya. Tapi setiap kali gadis kecilnya membuka obrolan baru, ia tidak sedikitpun terdengar malas atau kesal menjawab. Tidak apa-apa, aku juga jadi bisa terhibur sedikit dari lembur ini.

"Kok Papah tahu yang tadi ngomong adek?"
"Iya, kan suaranya beda"
"Memang gimana bedanya?"
"Ya... pokoknya beda suaranya mbak sama adek"

Terdengar suara tertawa kecil dari si gadis kecil.

Ah, malam yang aneh. Malam yang membuat hati hangat bahagia dan sedih disaat bersamaan. Malam yang tanpa sadar air mataku jatuh dengan sendirinya, meskipun aku sambil tertawa. 


***

Maafkan aku yang gagal

Wednesday, June 24, 2020

Ada letih yang tak terlatih
Padaku dan upayaku meniti titik 
mengharapkan terang diantara perang yang tak henti mencuri tenang

Sudahlah, 
aku memang berada di belahan bumi yang salah 
Matahari terlalu mewah untuk bibit-bibit yang ku tanam 
dan air upayaku takkan mencakup cukup 

Sudahlah,
terserah,
aku berserah.

Monday, May 25, 2020

Tadi pertama kali menjemputnya, juga sekaligus terakhir kali.

Bertemankan pelangi sepanjang perjalanan menuju rumah baru, setelah bermalam sendiri dengan doa dari jauh.

Terima kasih semua yang menemani dan ikut menanti, diantara hujan gerimis dan segala amin, hingga matahari pun berganti.

Terima kasih semua yang mendoakan, baik untuk yang pergi maupun yang ditinggal pergi, baik untuk yang kenal maupun belum mengenal. 

Semoga jadi pengingat diri, bahwa kita atau siapapun bisa pergi tanpa pamit. Banyaklah berterima kasih, berikanlah maaf, berdamailah dimulai dari diri sendiri.



Saturday, March 28, 2020

kota berbicara tentang gelap malam?
atau tentang dirinya sendiri?
tentang mimpi yang terbengkalai
menghadap Tuannya pun ia lalai

kota berbicara tentang gelap malam?
atau tentang rindu yang mendalam?
oleh sang renta yang tak memuda
pada sang muda yang tak ingat renta

kota berbicara tentang gelap malam?
atau tentang gadis bertudung hitam?
mencari terang tuk hatinya yang geram
mencaci malam yang tak berkurang kelam

kota berbicara dan berbicara
tentang gelap malam yang kian mengusiknya 
jangan beri aku tenang! 
aku sedang tidak ingin mengenang!

malam pun mengejeknya,
semua pun padam.

Tuesday, May 21, 2019

It's been a month and 2 days away from home, but I don't really miss it. Not at all. Not until someone tells me how much they miss me and I feel like I miss them too, at that time. Not until I take a look of my cute yet annoying cat picture, wishing that I could play with her paws. Not until I see a picture of my family hanging out together, sharing laughter. But then the words fade away, I close my gallery, sign out from my social media, I feel whole again. For awhile. Until those cycles happen again. 

Then I start questioning and feeling scared. What if... I fall too deep in love with my solitude, away from the people I've been spending all my lives with, away from home? Because here I can be all alone without feeling lonely. Here, I'm free. That's the thing I've been wishing for, to start all over with a clean sheet. Is that wrong?

I don't know. So far I can only come up with one best answer: missing someone or something is just a temporary thing, you will forget about it right away when you're occupied with something else. Yes, that's the bittersweet fact (or guess?). But, let's be honest with each other. How many times do you miss someone when you're so busy with your work that you don't even remember to eat? How many times do you say 'I miss you' and still missing that person days after that? You answer me.

Am I wrong?

Oh wait, I have my second best guess: some people are just simply born to be free.

Sunday, August 26, 2018

That was one of those unexpected deep talks, between me and him. I don't remember how exactly we got to that topic but I remember how I was sorry... for him.

"Oh my God! Today is his birthday"
"Have you said happy birthday to him?"
"Uhm..."
"Have you called him?"
"Uhm..."
"..."
"No, I haven't"
"Why? you should. Before you regret it"
"... I'm sorry"
"You know that mine has passed away right?"
"Well, yeah, that's why I'm sorry"

I'm sorry, that you miss yours.
I'm sorry, that you might think I abandon mine"
But I'm no longer sorry for myself, or him.
Because the sad part is... I'm not sure I will ever regret it.

I'm sorry.
Thank you for visiting tsaome.blogspot.com :)